Text Box: Volume 01, Number 01, Mei 2023
e-ISSN: xxxx-xxxx and p-ISSN: xxxx-xxxx

 

 


PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN PAPER QUILLING PADA ANAK USIA DINI

Nanda Azizilana Hashaolhag1, Nilan Kusumawati Putri2

Universitas Islam Bunga Bangsa Cirebon
1 [email protected], 2 [email protected]

 

 

KATA KUNCI

Keterampilan Motorik Halus, Paper Quilling, Anak Usia Dini

 

INFO ARTIKEL

Received: 23 Mei 2023

Revised: 24 Mei 2023

Accepted: 24 Mei 2023

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh observasi di RA Al-Hidayah Playangan ditemukan bahwa kemampuan  motorik halus di kelompok A masih rendah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan paper quilling pada usia 4-5 tahun di RA Al-Hidayah Playangan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon.  Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif  dengan model penelitian Kemmis and Mc. Taggar. Subjek yang diteliti adalah  anak usia 4-5 tahun RA AL-Hidayah yang berjumlah 23 anak.  Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Peningkatan keterampilan motorik halus dikatakan berhasil apabila persentase keterampilan motorik halus anak mencapai ≥ 80% dari jumlah anak secara keseluruhan yaitu 23 anak, khususnya pada keterampilan menggulung dan mengelem dengan rapiTeknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi (checklist) dan dokumentasi.Hasil penelitian hal tersebut membuktikan bahwa melalui kegiatan paper quilling dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Peningkatan tersebut dilihat dari observasi yang telah dilakukan, pada kondisi awal rata-rata 50,71%, meningkat pada siklus I menjadi 77,18% dan pada siklus II menjadi 93,04%. Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian yang dikemukakan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan paper quilling dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun di RA AL-Hidayah Playangan, Gebang, Cirebon. Penelitian ini akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi kegiatan belajar mengajar disekolah khususnya di RA Al-Hidayah Playangan.

 

PENDAHULUAN

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini sebagaimana dikemukakan dalam Undang –undang No.20 tahun 2013 tentang sistem Pendidikan Nasional,dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah upaya meningkatkan Perkembangan Anak sejak lahir sampai usia 6 tahun melalui pendidikan formal ataupun non formal.oleh karena ini perlu adanya rangsangan untuk membantu perkembangan baik jasmani ataupun rohani supaya anak memiliki bekal dalam menghadapi  pendidikan lebih lanjut ( SD ) (Deptiknas, 2003)

Tokoh pendidikan anak usia diniMontessori dalam Theo Riyanto (2011 : 6) mengatakan bahwa seorang pendidik atau orang tua hendaknya mengingat bahwa anak- anak memiliki individu-individu yang berbeda,unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pendidikan dapat dimulai sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan.

Seperti yang tercantum dalam permendikbud 137 Tahun 2014 bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan bentuk pendidikan yang menitik beratkan pada 6 aspek perkembangan yaitu : Agama dan moral,fisik motoric,kognitif,bahasa,sosial emosional dan seni, sesuai dengan tahapaan perkembangan maupun keunikan yang dialami anak usia dini.Secara umum tujuan pembelajaran pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi sebagai persiapan hidup serta menyesuaikan diri dengan lingkungannya sejalan dengan yang dikemukakan (Harun, 2019) Masa lima tahun pertama adalah masa emas (Golden Age) merupakan periode yang berperan bagi perkembangan anak usia dini dalam menentukan kualitas diri seorang manusia. Perkembangan kemampuannya terutama untuk  perkembangan motoriknya sangat pesat diusia 3-5 tahun ditandai usaha kemandirian,pembentukan pengetahuan dan proses berfikir. Pengembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Dimana anak dengan mudah mengikuti,melihat dan mendengar apa yang dicontohkan.

Bidang Pengembangan fisik ada dua yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Salah satu pengembangan yang penting adalah Perkembangan motorik halus. Kemampuan yang dimiliki setiap anak itu berbeda. Ada yang lambat dan ada pula yang sesuai dengan perkembangan. Dikatakan lambat apabila di usia anak yang seharusnya dapat mengembangkan keterampilan baru, tetapi anak tidak menunjukan kemampuan. Beberapa anak menunjukan keterlambatan dalam kemampuan motorik halus karena keterlambatan tumbuh kembang

Dampak motorik halus yang terlambat  dapat mengakibatkan perkembangan anak tersebut menjadi terhambat dan tidak sesuai dengan usia.  Susanto (2011 : 164 ) Pengertian motorik halus adalah gerakan halus yang dilakukan oleh otot-otot kecil serta melibatkan bagian-bagian tertentu saja,karena tidak memerlukan tenaga. Akan tetapi gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi yang cermat.

Selaras dengan pendapat (Hasibuan,dkk.2015:235-236)  Mengatakan bahwa perkembangan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan. Motorik Halus diperlukan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari, seperti kemampuan menulis, menggunting, mencoret-coret, memindahkan benda dari tangan, menyusun balok dan sebagainya. Kemampuan itu sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.

Semakin baiknya gerakan motorik halus dapat mendukung kreasi anak,seperti dapat menggunting dengan hasil yang lurus, menggambar serta mewarnai dengan teliti, serta menajamkan pensildengan rautan. Namun tidak semua anak memiliki kematangan yang sama untuk menguasai kematangan ini.

Sesuai dengan pentingnya perkembangan motorik halus yang harus dicapai oleh anak usia dini,oleh karena itu kegiatan kegiatan yang dilakukan dalam lembaga formal maupun nonformal harus diarahkan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus,dengan cara pembelajaran dan latihan yang berulang kali agar keterampilan motorik halus anak berkembang dengan baik. (Sumantri 2005 : 143) Anak Usia dini Pra sekolah diharapkan sudah menguasai beberapa keterampilan motorik halus, misalnya menggunakan gunting dengan baik,melipat kertas,memasukan kertas kedalam amplop,mengikat tali sepatu,membentuk pola dengan tanah liat,membuka dan memasang kancing baju,melepas ikat pinggang,mewarnai dll.

Salah satu seni yang dapat melatih motorik halus yaitu Paper Qualling. Menurut (Brinallloy, 2012)Paper quilling atau seni menggulung kertas adalah salah satu teknik menyusun kertas menjadi sebuah bentuk gambar. Sebuah bentuk gambar quilling dapat berisi beberapa gulungan kertas. Setiap kertas gulungan memiliki lebar yang berbeda-beda.kemudian digulungnya kertas dengan jari atau alat quilling jika ada, hingga membentuk sebuah gulungan dengan ujung kertas yang sudah direkatkandengan lem terlebih dahulu agar gulungan tidak mudah lepas. Setelah itu baru disusun menjadi sebuah pola atau bentuk yang sudah di inginkan.

Melalui kegiatan paper quilling yang cukup menantang serta merupakan kegiatan yang variatif dan menyenangkan bagi anak dan bahan yang mudah didapat,begitupun proses pembuatannya yang sangat mudah dan sederhana dilakukan. Hasil juga dapat ditempelkan  diatas kertas yang sudah berpola maupun bebas tanpa pola dengan menggunakan alat ataupun tidak. Selain itu Paper quilling juga dapat menstimulasi keterampilan dan kreatifitas motorik halus anak, dengan cara anak berlatih menggunakan tangannya untuk menggulung kertas dan mengelem dengan baik. Dalam Proses menggulung diperlukan konsentrasi dan keterampilan tangan agar anak menghasilkan gulungan yang rapi. Setelah selesai menggulung kertas selanjutnya anak menempelkan hasil gulungan pada pola dan upayakan anak menggukan lem secukupnya, tidak terlalu banyak pun tidak terlalu sedikit. Sehingga hasilnya rapih dan tidak mudah lepas. Dengan kegiatan paper quilling diharapkan dapat peningkatan keterampilan motorik halus anak.

Berdasarkan hasil observasi,keterampilan motorik halus anak kelompok B Di RA Al-Hidayah belum berkembang  secara optimal.Hal itu dibuktikan dalam melakukan kegiatan yang terdapat motorik halus anak kelompok B RA Al-Hidayah menunjukan hasil yang belum baik, seperti contoh, kegiatan melipat dan hasil lipatan anak belum dapat menghasilkan bentuk yang rapih,begitupun dalam kegiatan mewarnai banyak anak-anak yang masih keluar garis dan belum full mewarnai terkadang masih terlihat putihan kertasnya sehingga hasilnya terlihat kurang rapih, terjadi pula saat menempel lipatan maupun pada saat mengisi pola dengan kertas, lem yang digunakan masih terlalu berlebihan sehingga hasilnya terlihat basah dan tidak rapih ,bahkan terkadang ada yang sampai kertasnya sobek.

Pengadaan kegiatan yang dilakukan di kelas untuk mendukung keterampilan motorik halus belum cukup memadai dan seharusnya lebih sering melakukan beberapa kegiatan yang melatih motorik halus anak. Ketika ada banyak waktu, guru cenderung mengisinya dengan kegiatan yang mendukung perkembangan kognitif seperti mengerjakan LKA ataupun majalah anak. Selain itu ada faktor lainnya guru kelas yang bukan lulusan PIAUD juga menjadi salah satu penyebab kurangnya variasi kegiatan pembelajaran terutama dalam mengembangkan keterampilan motorik halus, sehingga motorik halus anak belum berkembang secara optimal.

Menjumpai dari permasalan ini perlu adanya perbaikandalam Peningkatkan motorik halus,dengan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Salah satu kegiatan yang dapat, meningkatkan motorik halus anak adalah paper quilling.Adapun Kegiatan paper quilling belum pernah dilakukan di RA Al-Hidayah dan guru juga belum mengetahui tentang paper quilling dan bagaimana cara membuatannya. Disebabkan guru lebih sering Menggunakan media kertas untuk melipat dan menggunting saja dalam melatih motorik halus anak,dan belum digunakan kegiatan lain yang pada dasarnya media kertas dapat digunakan secara variasi untuk melatih motorik halus pada anak. Paper quilling salah satunya.

Kemampuan dan potensi yang dimiliki setiapanak itu berbeda-beda, maka dari itu kita harus berusaha mengembangkannya secara optimal salah satunya dengan mengembangkan keterampilan motorik halus. Terdapat beberapa masalah terkait keterampilan motorik halus padaanak yaitu:

1.     Terdapat anak yang masih kesulitan untuk menggerakkan jari-jari otot ditanganya ketika kegiatan seni melipat kertas

2.     Kurangnya variasi dalam kegiatan pembelajaran disekolah,sehingga kesempatan bagi anak mengasah keterampilan motorik anak terbatas dan kurang optimal.

3.     Media kertas yang digunakan monoton sehinggga kurang melatih motorik halus anak.

4.     Anak tidak dapat berperan secara maksimal sebagai subjek dari pembelajaran dikelas

5.     Kurangnya mengembangkan motorik halus anak, lebih banyak kegiatan yang mengembangkan kemampuan kognitif.

 

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan kelas ini menjadi top Hit di lingkungan para pendidik dalam kurun waktu lebih dari satu dasawarsa. Jenis penelitian ini mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jenis Penelitian deskriptif maupun ekperimen. Jika penelitian deskriptif beretuga memaparkan apa yang terjadi dalam obyek yang diteliti, sedangkan penelitian ekperimen memaparkan sebab akibat yang terjadi sesudah adanya perlakuan maka PTK dapat dikatakan merupakan gabungan dari keduanya. Penelitian tindakan kelas adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, maka dilakukan PTK dikelasnya guna meningkatkan kualitas pembelajarannya. (Arikunto, 2015)

Penelitian yang dilakukan ini mengacu pada model penelitian Kemmis dan Mc Taggart. Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama (2011: 20-21) menyatakan bahwa model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi seperti Siklus Penelitian yang dilakukan ini mengacu pada model penelitian Kemmis dan Mc Taggart.

Penelian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mototik halus anak melalui kegiatan paper quilling pada anak kelompok B2 RA Al- Hidayah Playangan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon, Maka Penelitian yang akan dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian tindakan kelas ini merupakan bentuk penelitian tindakan kelas kolaboratif.

Adapun menurut Suwarsih Madya (2007:69) mengatakan bahwa penelitian tindakan kolaboratif adalah bahwa dari awal  orang yang akan melakukan tindakan harus juga terlibat dalam setiap proses penelitian. Dengan demikian,peneliti tidak hanya dapat menyadari perlunya program tindakan tertentu,tetapi secara keseluruhan terlibat dalam program tindakan tersebut. Tanpa kolaboprasi ini,diagnosis dan rekomendasi tindakan untuk mengubah situasi cenderung mendorong timbulnya ketidak amanan,dan rasionalisasi daripada  kecenderung untuk mendorong adanya perubahan yang diharapkan.

Dalam penelitian ini melibatkan guru kelas B Di RA Al- Hidayah Playangan dalam perencanakan, melaksanakan tindakan, mengobservasi, dan merefleksi tindakan yang peneliti berikan. Dengan demikian,sejak perencanaan penelitian, peneliti ikut serta terlibat langsung dalam proses penelitian sejak sampai dengan hasil penelitian, dan memantau,mencatat,mengumpulkan data , menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian dengan dibantu kolaborator

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal Anak Sebelum Tindakan

Sebelum peneliti melakukan penelitian tindakan kelas, kegiatan awal yang dilakukan adalah mencari tahu kondisi awal anak didik sebelum melakukan tindakan. Peneliti melakukan observasi dan dokumentasi terhadap obyek.Tidakan ini sangat perlu dilakukan karena dengan mengetahu kondisi awal, peneliti dan dapat mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan PTK yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan terkait dengan aspek perkembangan anak khususnya disekolah, permasalahan yang muncul dan mendominasi di kelompok B2 RA AL-Hidayah Playangan yaitu belum optimalnya keterampilan motorik halus. Dilihat ketika melakukan kegiatan motorik halus, anak menunjukan hasil yang belum baik. Misalnya dalam kegiatan mewarnai banyak yang masi keluar baris, saat kegiatan melipat kertas anak belum menunjukan bentuk yang sesuai. Dan dalam proses menempel kertas dalam pola bentuk yang sama,lem yang digunakan masih terlalu banyak sehingga mengakitbatkan hasil kertasnya robek, anak-anak masih sangat memerlukan adanya bimbingan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.

Data Awal Kemampuan Anak

Penelitian ini dimulai sejak oktober 2021 metode yang digunakan adalah metode observasi untuk mengetahui kondisi awal kemampuan anak. Dengan cara komunikasi antara peneliti dengan guru kelompok B2 RA AL-Hidayah Playangan (yang selanjutnya berperan sebagai kolaborator) tentang kendala ataupun permasalahan yang muncul dan perlu adanya peningkatan yang lebih baik sesuai kondisi normatifnya. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah mengobservasi proses pemebelajaran khususnya terhadap pembelajaran motorik halus anak kelompok B2 RA AL-Hidayah. Adapun mengamatan yang didapat yaitu dalam kegiatan mewarnai masih banyak yang keluar baris sehingga hasilnya kurang optimal. Dalam kegiatan menempel anak-anak masih terlalu banyak menggunakan lem sehingga hasil karyanya basah dan tidak rapih

Hasil pengamatan Kondisi awal keterampilan motorik halus dapat dilihat dari table berikut :

Tabel 1.1 kondisi awal kerapihan menggulung

No

Kriteria

Skor

Jumlah

Anak

Jumlah Nilai

Persentase

1

Rapi

3

5

15

21,73%

2

Kurang rapi

2

5

10

14,49%

3

Belum rapih

1

13

13

18,84%

 

Jumlah

 

 

38

55,06%

 

Tabel 1.2 kondisi awal kerapihan mengelem

No

Kriteria

Skor

Jumlah

anak

Jumlah Nilai

Persentase

1

Rapi

3

3

9

13,04%

2

Kurang rapih

2

3

6

8,69%

3

Belum rapih

1

17

17

24,63%

 

Jumlah

 

 

32

46,36%

 

 

 

Tabel 1.3 Kondisi awal keterampilan motoric halus

No

Indikator

Persentase

1

Kerapihan menggulung

55,06%

2

Kerapihan mengelem

46,36%

 

Rata-rata

50,71%

 

Keterampilan motorik halus anak yang dimiliki oleh kelompok B2 RA Al Hidayah Playangan dilihat dari tabel diatas bahwa indicator kerapihan menggulung 55,6% dengan rincian rapih berjumlah 5 anak (21,73%) Kurang rapih berjumlah 5 anak (14,49%), dan belum rapih berjumlah 13 anak (18,84%). Sedangkan kerapihan mengelem memiliki presentase sebanyak 46,36% dengan rincian anak dapat mengelem dengan rapih berjumlah 3 anak (13,04%), kurang rapih berjumlah 3 anak (8,69%) dan yang dan yang belum rapih berjumlah 17 anak (24,63%).

Berdasarkan hasil observasi diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator kerapihan menggulung berjumlah 55,06% termasuk dalam kriteria cukup(41%-60%) dan indicator kerapihan mengelem berjumlah 46,36% termasuk pada kriteria cukup presentase sebanyak 46,36% dengan rincian anak yang dapat mengelem dengan rapi berjumlah 3 anak (13,04%), kurang rapi berjumlah 3 anak (8,69%) dan yang belum rapi berjumlah 17 anak (24,63%).Jumlah rata-rata keterampilan motorik halus dari kerapihan menggulung dan mengelem berjumlah 50,71% memiliki kategori cukup (41%-60%). Kondisi tersebut menjadikan landasan peneliti untuk meningkatkan keterampilan motoric halus kelompok B2 melalui kegiatan paper quilling.

 

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus 1

a.     Perencanaan Siklus 1

Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan merencanakan pelaksanaan pembelajaran. Dalam perencanaan ini untuk meningkatkan keterampilan motorik halus, peneliti bekerjasama dengan guru kelas (kolaborator). Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan beberapa persiapan yaitu:

1.     Melakukan kooedinasi dengan kolaborator mengenai waktu penelitian dan media yang diperlukan

2.     Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), sebagai pedoman peneliti dan kolaborator dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dengan media paper quilling.

3.    Mempersiapkan perlangkapan untuk pelaksanaan kegiatan paper quilling diantaranya pola, kertas origami warna bolak balik yang sudah dipotong-potong dengan ukuran tertentu dan sama,lem, dan spidol

4.     Menyusun lembar penilaian atau lembar observasi(cheklis) kegiatan paper quiling yang berisi tentang aspek penilaian yaitu kerapihan menggulung dan mengelem.

5.     Mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan (Hansphone)

 

b.     Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 dan Observasi

1.     Siklus 1 pertemuan 1

Siklus 1 pertemuan 1 dilakukan pada hari Senin tanggal 25 April dengan Tema Negaraku sub Tema Bendera Negaraku Sebelum menggunakan media paper quilling, peneliti menyiapkan kertas lembaran, lem kertas, dan. Kemudian membagian perlengkapan yang diperlukan untuk membuat paper quilling pada anak-anak. Peneliti memberitahu anak-anak untuk mengembalikan kembali peralatan yang dipakai ketika sudah selesai melakukan kegiatan.

a)     Kegiatan Awal

Kegiatan awal dimulai dengan penyambutan peserta didik yang baru saja datang kemudian setelah itu berbaris di halaman sekolah mengucapkan ikrar. Guru mengucapkan salam dan kemudian membaca doa sebelum belajar bersama-sama. Menghafal surat pendek, bernyanyi. Kemudian guru membukan kegiatan dengan bertanya jawab tentang Bendera Negaraku

b)    Kegiatan inti

Dalam proses menggulung sebagian anak melakukan dengan ceria, anak mengulung sambil bernyanyi dan terkadang sambil bergurau dengan teman disampingnya. Sesekali guru mengingatkan untuk tidak sering bergurau dan hendaknya segera menyelesaikan kegiatan. Pada saat menempelkan hasil gulungan kertas ada pula beberapa anak meniru kegiatan temannya dari warna, cara menggulung kertas, dan mengelem hasil gulungan.

Ada juga anak yang menyusun dengan hasil gulungan kertas yang rapih sama persis dengan gurunya baik warna maupun bentuk gulungannya. Terdapat perbedaan dalam proses mengelem. Beberapa anak mengelem kertas dengan cara mencelupkan ujung kertas yang akan ditempel langsung kedalam tempat lem. Ada juga yang mengelem dengan mengambil lem langsung dengan jari tangannya kemudian mengoleskan pada kertas yang akan ditempel. Ada anak yang terlalu banyak dalam menggunakan lem sehingga hasilnya terlihat basah dan tidak rapih, ada juga yang terlalu sedikit dalam menggunakan lem sehingga menyebabkan hasil gulungan yang tidak merekat kuat pada pola dan mudah lepas, ada juga yang memberikan lem secukupnya sehingga hasil paper quilling terlihat rapih.

Ketika selesai mengerjakan kegiatan paper quilling, anak-anak mengembalikan peralatan yang telah dipakai ke tempat semula dan mengumpulkan hasil paper quilling pada tempat yang telah disediakan oleh pendidik, anak-anak membersihkan juga serpihan-serpihan kertas yang sudah tidak terpakai bersama-sama kemudian berkumpul duduk dikarpet mendengarkan guru melakukan kegiatan evaluasi

c)     Kegiatan Akhir

Guru menanyakan perasaan anak pada saat melakukan proses pembuatan  kegiatan paper quilling. Guru memberikan apresiasi dengan mengucapkan terimakasih dan memberikan semangat pada anak-anak yang belum dapat melakukan kegiatan dengan baik agar lebih tekun lagi dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik.

  Selanjutnya berdoa bersama-sama dan peneliti mengucapkan terimakasih pada anak-anak karena sudah mengikuti kegiatan paper quilling. Kemudian mengucapkan salam dan dijawab oleh anak-anak.

2.    Siklus 1 Pertemuan II

Siklus 1 pertemuan II dilaksnakan pada tanggal 27 April jam 08:30 diruang A dengan jumlah anak 23, Tema Negaraku dan Sub Tema lambang Negaraku sebelum kegiatan dimulai peneliti melakukan kegiatan antara lain : Merancanakan pelaksanaan pembelajaran.

Tahap pelaksanaan yang dilakukan peneliti yaitu :

a)     Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang memuat kegiatan peningkatan kemampuan motorik halus (RPPH) terdapat pada lampiran)

b)    Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam kegiatan paper quilling diantaranya kertas yang sudah dipotong dengan ukuran yang relatif sama, pola bergambar, pensil, lem, tempat untuk potongan kertas, dan tempat untuk mengumpulkan hasil paper quilling

c)     Guru mempersiapkan lembar penilaian tentang menggulung dan menempel

1)    Kegiatan awal

Kegiatan awal dimulai dengan berdo’a bersama sebelum memulai kegiatan, setelah itu guru mengajak anak untuk melaksanaakn kegiatan rutin yang bersifat keagamaan (menghafal do’a sehari-hari). Kegiatan dilanjutkan dengan persensi kemudian pembelajaran awal sesuai RPPH yang telah disiapkan. Selanjutnya anak diberi penjelasan tentang kegiatan paper quilling yang akan dilakukan. Pertemuan kedua ini guru hanya memberi contoh hasil paper quilling dan tidak menjelaskan serta memberi contoh cara menggulung kertas.

Kemudian guru membagikan peralatan yang dibutuhkan pada setiap anak dalam kegiatan paper quilling. Sesekali guru mengingatkan pada anak untuk menyelesaikan tugasnya hingga selesai dan menjaga ketertiban bersama.

2)    Kegiatan Inti

Guru menempelkan hasil karya paper quilling dipapan tulis. Selanjutnya meminta anak-anak untuk menulis nama pada ujung kertas miliknya. Kegiatan paper quilling dimulai dengan membaca basmalah bersama-sama kemudian anak-anak mulai mengerjakan tugas.

Ada juga anak yang menyusun dengan hasil gulungan kertas yang rapih sama persis dengan gurunya baik warna maupun bentuk gulungannya. Terdapat perbedaan dalam proses mengelem. Beberapa anak mengelem kertas dengan cara mencelupkan ujung kertas yang akan ditempel langsung kedalam tempat lem. Ada juga yang mengelem dengan mengambil lem langsung dengan jari tangannya kemudian mengoleskan pada kertas yang akan ditempel. Ada anak yang terlalu banyak dalam menggunakan lem sehingga hasilnya terlihat basah dan tidak rapih, ada juga yang terlalu sedikit dalam menggunakan lem sehingga menyebabkan hasil gulungan yang tidak merekat kuat pada pola dan mudah lepas, ada juga yang memberikan lem secukupnya sehingga hasil paper quilling terlihat rapih.

Ketika selesai mengerjakan kegiatan paper quilling, anak-anak mengembalikan peralatan yang telah dipakai ke tempat semula dan mengumpulkan hasil paper quilling pada tempat yang telah disediakan oleh pendidik, anak-anak membersihkan juga serpihan-serpihan kertas yang sudah tidak terpakai bersama-sama kemudian berkumpul duduk dikarpet mendengarkan guru melakukan kegiatan evaluasi

3)    Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir ini diisi dengan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan serta penguatan materi dan menanyakan perasaan anak pada saat kegiatan paper quilling. Tak lupa juga guru mengucapkan terimakasih dan memberikan semangat pada anak-anak baik yang mengerjakan dengan rapih ataupun pada anak yang belum mengisi pola dengan penuh agar lebih tekun lagi sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan baik, kemudian peneliti mengajak anak-anak untuk berdo’a. dan berterimakasih pada anak-anak karena telah mengikuti kegiatan dengan baik. Setelah itu peneliti mendokumentasikan hasil paper quilling, menurut hasil pengamatan kegiatan paper quilling dapat dilihat pada tabel berikut :

 

Tabel 1.4 Rekapitulasi Kerapihan Menggulung

No

Kriteria

Skor

Jumlah

Anak

Jumlah Nilai

Persentase

1

Rapi

3

8

24

36,36%

2

Kurang rapi

2

13

26

39,39%

3

Belum rapih

1

1

1

1,51%

 

Jumlah

 

 

51

77,26%

 

Tabel 1.5 Rekapitulasi Kerapihan Mengelem

No

Kriteria

Skor

Jumlah

Anak

Jumlah Nilai

Persentase

1

Rapi

3

8

24

36,36%

2

Kurang rapih

2

6

12

18,18%

3

Belum rapih

1

8

8

12,12%

 

Jumlah

 

 

44

66,66%

 

Tabel 1.6 Rekapitulasi Kemampuan Motorik Halus Siklus I Pertemuan II

No

Indikator

Persentase

1

Kerapihan menggulung

77,26%

2

Kerapihan mengelem

66,66%

 

Rata-rata

71,96%

     

Berdasarkan table 1.4, dapat diketahui anak yang dapat menggulung dengan rapih berjumlah 8 (36,36%), anak yang kurang rapih berjumlah 13 anak (39,39%) dan yang belum rapih berjumlah 1 anak (1,51%). Sedangkan berdasarkan table 1.5. Anak yang dapat mengelem dengan rapih bejumlah 8 anak (36,36%) kurang rapih berjumlah 6 anak (18,18%), dan yang belum rapih berjumlah 8 anak (12,12%) sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan kerapihan menggulung berjumlah 77,26% memiliki kriteria baik (61%-80%) dan kerapihan mengelem berjumlah (66,66%) dengan kriteria baik (61%-80%). Rata-rata keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun secara keseluruhan pada siklus 1 pertemuan II berjumlahn 71,96% memiliki kriteria baik (61%-80%). Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1 pertemuan II dilihat. Bahwa adanya peningkatan motorik halus sejumlah 9,09% dari siklus 1 pertemuan 1 62,87% menjadi 71,96% pada siklus 1 pertemuan II.

 

 

3.    Siklus I Pertemuan III

Siklus I pertemuan III dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2 Mei  dengan tema Alam Semesta sebelum kegiatan dimulai peneliti melakukan kegiatan antara lain : Merancanakan pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan yang dilakukan peneliti yaitu :

a.   Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPH) yang memuat kegiatan peningkatan kemampuan motorik halus (RPPH) terdapat pada lampiran)

b.   Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam kegiatan paper quilling diantaranya kertas yang sudah dipotong dengan ukuran yang relatif sama, Kertas HVS, pensil, lem, tempat untuk potongan kertas, dan tempat untuk mengumpulkan hasil paper quilling

c.    Guru mempersiapkan lembar penilaian tentang menggulung dan mengelem

1)    Kegiatan Awal

Kegiatan awal dimulai dengan berdo’a bersama sebelum memulai kegiatan, setelah itu guru mengajak anak melakukan kegiatan rutin yang bersifat keagamaan (menghafal Asmaul Husna), setelah itu guru mengajak anak bertepuk untuk memusatkan perhatian anak. Dilanjutkan persensi

Guru memberikan penjelasan bahwa hari ini anak-anak akan membuat pola dengan cara menggambar sendiri kemudian baru diisi menggunakan gulungan kertas. Guru membagikan peralatan ayang dibutuhkan dalam kegiatan paper quilling pada masing-masing anak serta mengingatkan agar selalu menjaga kebersihan dengan cara membersihkan kembali tempat yang telah digunakan. Anak-anak mengerjakan dengan tekun dan focus karena tidak hanya menggulung kertas dan mengelem saja tetapi di mulai dari menggambar terlebih dahulu. Guru juga memberikan kebebasan pada anak untuk berimajinasi mengenai gambar apa saja yang akan dibuat sesuai tema yaitu alam semesta. Guru membagikan kertas lembaran beserta pensil. Lalu guru meminta anak menulis nama disudut kertas. Kegiatan dimulai dengan membaca Basmalah bersama-sama.

2)    Kegiatan Inti

Terlihat anak-anak mulai menggambar pola. Pola yang dihasilkan bermacam-macam. Beberapa anak ada yang kesulitan untuk mencari ide gampar apa yang akan dibuat. Guru menyebutkan beberapa contoh terkait dengan tema alam semesta berupa bulan, bintang, awan, matahari yang dapat digambar kemudian anak memilih salah satu gambar untuk dibuat pola, ada juga anak yang langsung menemukan ide untuk menggambar pola kemudian temannya meniru. Anak–anak terlihat senang dalam proses menggulung, sambil bernyanyi dan berbicara pada temannya. Sesekali guru mengingatkan anak untuk tidak bergurau dan segera menyelesaikan kegiatan.

Pada saat menempelkan hasil gulungan kertas ada beberapa anak meniru dalam pemilihan warna pekerjaan temannya. Terdapat beberapa perbedaan yang dilakukan oleh anak dalam proses mengelem. Beberapa anak mengelem dengan acara mencelupkan ujung kertas langsung ke dalam lem, ada juga yang mengambil lem dengan jarinya kemudian ditempelkan pada bagian yang akan di lem, ada anak yang terlalu banyak dalam menggunakan lem, terlalu sedikit dan secukupnya. Terkadang anak-anak sudah menempelkan pada pola akan tetapi dilepas kembali,sehingga kertas yang sudah digambar terlihat rusak.

Selesai melakukan kegiatan paper quilling, anak-anak dengan tertib mengembalikan serta membersihkan apa saja yang telah dipakainya ke tempat yang telah disediakan dan mengumpulkan hasil paper quilling kemudian berdoa sebelum makan lalu beristrirahat.

3)    Kegiatan Akhir (Penutup)

Guru menanyakan perasaan anak saat melakukan kegiatan paper quilling, dan berdiskuis untuk mengetahui kesulitan yang dialami anak. Guru mengucapkan terimakasih dan memberi masukan pada anak yang belum dapat menyesaikan pola dengan penuh agar lebih semangat sehingga tugasnya selesai dengan baik.

Guru memberi apresiasi pada anak yang mengerjakan dengan rapih,tidak ramai, tidak mengobrol dengan temannya, ataupun berkeliling didalam kelas dengan menyebutkan nama anak yang disertai dengan pujian dan tepuk tangan. Guru juga memberi semangat pada anak-anak yang belum dapat menyelesaikan pola isian dengan gulungan yang masih sedikit,dan meminta anak untuk memperbaiki pada pertemuan selanjutnya.

Selesai kegiatan anak-anak berdoa setelah mengerjakan tugas dengan membaca doa berama-sama. Peneliti mengucapkan terimakasih pada anak-anak karena telah mengikuti kegiatan paper quilling. Setelah itu peneliti mendokumentasikan hasil paper quilling. Hasil kegiatan paper quilling disajikan pada tabel berikut

1.7.Rekapitulasi Keterampilan Menggulung

No

Kriteria

Skor

Jumlah

Anak

Jumlah Nilai

Persentase

1

Rapi

3

10

30

52,63%

2

Kurang rapi

2

8

16

28,07%

3

Belum rapih

1

1

1

1,75%

 

Jumlah

 

 

47

82,45%

 

1.8 Rekapitulasi Keterampilan Menempel

No

Kriteria

Skor

Jumlah

Anak

Jumlah Nilai

Persentase

1

Rapi

3

8

24

42,10%

2

Kurang rapih

2

6

12

21,05%

3

Belum rapih

1

5

5

8,77%

 

Jumlah

 

 

41

71,92%

 

1.9 Rekapitulasi Kemampuan Motorik Halus Siklus l Pertemuan lll

No

Indikator

Persentase

1

Kerapihan Menggulung

82,45%

2

Kerapihan Menempel

71,92%

 

Rata-rata

77,18%

     

Berdasarkan table 1.7 diatas, dapat disimpulkan bahwa anak yang dapat menggulung dengan rapi berjumlah 10 anak (52,63%) yang kurang rapi berjumlah 8 anak (28,07%) yang belum rapi berjumlah 1 anak (1,75%). Sedangkan berdasarkan table 1.8 anak yang dapat mengelem dengan rapi berjumlah 8 anak (42,10%), kurang rapi berjumlah 6 anak (21,05%) dan yang belum rapi berjumlah 5 anak (8,77%) sehingga dapat diambil kesimpulan keseluruhan kerapihan menggulung berjumlah 82,45% memiliki kriteria sangat baik (81%-100%) dan kerapihan mengelem berjumlah 71,92% dengan kriteria baik (61%-80%). Rata-rata keterampilan anak usia 4-5 tahun secara keseluruhan pada siklus 1 pertemuan III berjumlah 77,18% memiliki kriteria baik (61%-80%). Beberapa anak menunjukan adanya peningkatan dalam menggulung dan mengelem hasil gulungan kertas.

 

Tabel  1.10 Perbandingan Keterampilan Motorik Halus Siklus I Pertemuan II dengan Pertemuan III

No

Indikator

Pertemuan 1

Pertemuan II

1

Kerapihan menggulung

77,26%

82,26%

2

Kerapihan mengelem

66,66%

71,92%

 

Rata-rata

71,96%

77,18%

 

Berdasarkan tabel 1.10 dapat diketahui bahwa terdapat perubahan peningkatan keterampilan motorik halus secara keseluruhan sejumlah 5,22% dan siklus I Pertemuan II 71,96% menjadi 77,18% setelah dilakukan tindakan pada siklus I pertemuan III. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai peningkatan keterampilan motorik halus, berikut histogram peningkatan keterampilan motorik halus dari kondisi awal sampai dengan siklus I :

 


Gambar Histogram Peningkatan Keterampilan Motorik Halus dari kondisi awal sampai dengan siklus 1

 

 

Berdasarkan hasil refleksi yang peneliti lakukan dengan guru maka dapat diambil hipotesis tindakan siklus II yaitu keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun di RA Al-Hidayah Playangan, Gebang, Cirebon dapat meningkat apabila guru pempraktikan dan anak mengikuti dalam proses menggulung dan mengelem. Serta diberikan reward pada anak yang sudah rapih maupun yang belum rapih saat kegiatan paper quilling.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

a.     Perencanaan Siklus II

Tahap perencanaan tindakan siklus II, siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 9 Mei persiapan yang dilakukan peneliti meliputi: .

1.    Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan Tema Alam Semesta

2.    Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat kegiatan paper quilling yaitu pola, kertas origami warna bolak-balik yang sudah digunting dengan ukuran yang relatif sama, lem, pensil.

3.    Menyusun lembar observasi (check list) menyangkut aspek kerapihan menggulung dan mengelem pada kegiatan paper quilling

4.    Kamera untuk dokumentasi

b.    Pelaksanaan Tindakan Siklus II dan Observasi

Siklus II ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu :

1.     Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan I

Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari selasa, 16 Mei Pada pertemuan pertama tema yang disampaikan adalah Alam Semesta Subtema Pelangi.

a)   Kegiatan Awal

Pembiasaan anak-anak berbaris dihalaman kemudian menghafal do’a masuk rumah. Dan bagi kelompok yang melafalkan paling semangat boleh masuk duluan. Kegiatan dimulai dengan berdo’a sebelum belajar, sebelum masuk ke kegiatan inti guru mengajak anak untuk tepuk semangat lalu mengabsen satu persatu. Kemudian sebelum masuk kegiatan inti guru membuat kesepakatan bersama selama mengikuti kegiatan tidak boleh mengganggu teman, menjaga kebersihan, melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan baik, tidak boleh keliling-keliling kelas. Kemudian guru menjelaskan tema hari ini dan diselingi tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana anak pengetahuan anak terahadap tema yang akan disampaikan. Selanjutkan menjelaskan bahwa kegiatan hari ini adalah paper quilling dengan pola gambar pelangi. Anak-anak dibebaskan untuk berkreasi sesuai imajinasinya. Guru memberi peringatan kembali agar anak mengerjakan dengan sungguh-sungguh.

b)   Kegiatan Inti

Guru bersama peneliti mempersiapkan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan paper quilling, setelah itu guru meminta anak untuk menyiapkan alat tulis untuk menggambar pola, kemudian guru membagikan lembar kerja, membagikan pada tiap kelompok piring yang berisi kertas kertas origami yang sudah dipotong-potong dengan panjang yang sama dan menyiapkan tempat untuk hasil karya anak yang sudah selesai. Anak diperbolehkan untuk menggulung kertas sesuai dengan keinginannya tetapi harus sesuai dengan tema yaitu alam semesta. Guru memberikan contoh pada anak-anak bagaimana menggulung kertas agar gulungannya rapih yaitu dengan memberikan lem secukupnya dan merata pada bagian ujung kertas yang akan ditempel.

Pada Proses kegiatan paper quilling guru mendekati setiap kelompok untuk mengetahui kesulitan yang dialami anak dalam proses menggulung maupun mengelem serta memberikat penguatan kepada anak yang terlihat kesulitan dan kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan. Anak-anak mengerjakan tugas sambil bernyanyi dan terlihat senang dalam menggulung dan bersemangat melakukannya, tidak beda jauh dari pertemuan-pertemuan sebelumnya, terdapat berbagai variasi dalam menggulung kertas, anak menggulung kertas terlebih dahulu kemudian dikumpulkan hingga banyak baru ditempel pada pola gambar. Ada pula yang menggulung kertas hanya sebagiannya saja yang digulung.

Beberapa anak meniru temannya dalam pembuatan bentuk ataupun penyusunan hasil gulungan pada lembar kegiatan sehingga hasilnya ada yang sama dengan anak lain. Guru sesekali mengingatkan pada anak untuk tetap tenang dan menjaga ketertiban saat mengerjakan tugas agar mendapat hasil yang maksimal. Selesai kegiatan guru bersama peneliti dan anak-anak membersihkan kertas-kertas yang sudah tidak digunakan berserakan bekas paper quilling membuangnya ke tempat sampah. Anak-anak mengumpulkan hasil paper quilling pada tempat yang telah disediakan.

c)     Kegiatan Akhir

Guru bertanya kepada anak tentang perasaannya saat melakukan kegiatan paper quilling. Kemudian bertanya tentang kesulitan apa yang dialami anak dalam proses belajar dan untuk mengetahui anak-anak sudah berusaha mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya atau belum. Guru memberi penguatan pada anak yang belum rapih untuk lebih tekun lagi dan yang sudah rapih untuk giat lagi dalam belajar

Pada kegiatan penutup, guru menunjukan hasil karya paper quilling yang bagus sebagai memotivasian pada anak lain. Guru memberikan reward untuk anak-anak yang mengerjakan dnegan sungguh-sungguh cengan memberikan hadiah. Kemudian anak-anak mengucapkan terimakasih dilanjut dengan berdo’a sesudah belajar bersama-sama dan ditutup salam oleh guru. Tak lupa anak-anak bersalaman pada guru dan peneliti, guru mengingatkan anak agar hati-hati saat pulang.

Adapun hasil observasi yang dilakukan pada siklus II pertemuan I tentang keterampilam motorik halus yang meliputi kerapihan menggulung dan mengelem dapat dilihat pada table berikut.

1.11. Rekapitulasi Keterampilan Menggulung

No

Kriteria

Skor

Jumlah

Anak

Jumlah Nilai

Persentase

1

Rapi

3

16

48

72,72%

2

Kurang rapi

2

5

10

15,15%

3

Belum rapih

1

1

1

1,51%

 

Jumlah

 

 

51

89,39%

4.12. Rekapitulasi Keterampilan Menempel

No

Kriteria

Skor

Jumlah

Anak

Jumlah Nilai

Persentase

1

Rapi

3

15

45

68,18%

2

Kurang rapih

2

3

6

9,09%

3

Belum rapih

1

4

4

6,06%

 

Jumlah

 

 

55

83,33%

1.13 Rekapitulasi Kemampuan Motorik Halus Siklus II Pertemuan II

No

Indikator

Persentase

1

Kerapihan menggulung

89,39%

2

Kerapihan mengelem

83,33%

 

Rata-rata

86,36%

 

Berdasarkan tabel 1.11 dapat dilihat bahwa anak yang memiliki kriteria rapi dalam menggulung berjumlah 16 anak (72,72%), yang kurang rapi berjumlah 5 anak (15,15%), dan yang belum rapi berjumlah 1 anak (1,51%). Sedangkan berdasarkan tabel 12, pada indikator kerapian mengelem, anak yang dapat mengelem dengan rapi berjumlah 15 anak (68,18%%) kurang rapi berjumlah 3 anak (9,09%) dan yang belum rapi berjumlah 4 anak (6,06%) sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus dari indikator kerapian menggulung secara keseluruhan berjumlah 89,39% memiliki kriteria sangat baik (81%- 100%), kemudian pada indikator kerapian mengelem berjumlah 83,33% juga termasuk dalam kriteria sangat baik. Dari kedua indikator tersebut rata-rata secara keseluruhan keterampilan motorik halus pada siklus II pertemuan I berjumlah 86,36% memiliki kriteria sangat baik.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan paper quilling di RA Al-Hidayah Playangan usia 4-5 tahun. Ditemukan nilai-nilai edukasi dalam kegiatan seni menggulung kertas untuk anak-anak yang kemudian dikenal sebagai konsep education through art yang dikemukakan oleh Herbert read yang berangkat dari pemikiran Plato. Selanjutnya Lowenfeld dan Brittain (Widia Pekerti, 2012: 1.24) menjelaskan kegiatan seni berperan dalam mengembangkan berbagai kemampuan dasar di dalam diri anak salah satunya adalah kemampuan fisik termasuk kemampuan motorik halus.

Sudarso dan Evan (Wasono,2007:85) mengatakan bahwa dalam pendidikan dalam pendidikan seni dapat ditunjukan adanya substansi keterampialan yang menitik beratkan pada kemampuan teknis, ketepatan reproduksi, keterampilan, dan kecekatan sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa paper quilling terbukti dapat meningkatkan keterampilan motorik halus salah satunya dalam kerapihan.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan hsil penelitian yang dikemukakan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan paper quilling dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun RA AL-Hidayah Playangan, Gebang, Cirebon. Hal itu dapat dilihat dari kondisi awal kerapihan menggulung adalah 55,06% termasuk dalam kriteria cukup pada siklus satu terdapat peningkatan menjadi 82,45% termasuk kriteria sangat baik dan dilakukan siklus II meningkat lagi menjadi 94,49% yang termasuk pula kriteria sangat baik. Sedangkan indikator kerapihan mengelem pada kondisi awal adalah 46,36% masuk dalam kriteria cukup pada siklus I terdapat peningkatan menjadi 71,92% yang termasuk dalam kriteria baik dan dilakukan siklus II meningkat lagi menjadi 93,04% yang termasuk dalam kriteria sangat baik.

Motorik halus anak meningkat ketika melakukan kegiatan paper quilling pada saat anak dibebaskan berimajinasi dengan gambar tanpa pola. Dengan cara guru memberikan contoh terlebih dahulu menggulung dan mengelem serta meminta anak untuk praktek bersamaan dengan guru. Anak dapat menggulung kertas dengan rapih dan dapat menggunakan lem secukupnya sehingga hasil paper quilling terlihat rapih dan tidak basah. Usaha lainnya yaitu guru memberikan penguatan dan reward pada anak saat proses kegiatan paper quilling

 

REFERENSI

Arikunto, S. (2015). Penelitian Tindakan Kelas (Vol. 2015). (Suryani, Ed.) Jakarta: PT Bumi Aksara.

Brinalloy, Y. (2012). Paper Quilling (Vol. 2012). (F. Casofa, Ed.) Solo: 2012.

Deptiknas. (2003). Undang-undang RI No.20 (Tentang Sistem Pendidikan Nasional ed.). Jakarta: Dekdikbud.

Harun. (2009). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Hurlock, E. (2010). Perkembangan Anak (Edisi Keenam ed.). Jakarta: Erlangga.

Husnuzziadatul. (2018). Karakteristik Perkembangan Anak. Jurnal Warna, 2, 2.

Kusuma, D. D. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks.

Maimunah. (2012). Pendidikan Anak Usia Dini (VIII ed.). (M. C. Dewi, Ed.) Banguntapan Jogjakarta: Diva Press.

Maumunah. (2012). Pendidikan Anak Usia Dini. (M. C. Dewi, Ed.) Banguntapan yogyakarta: Diva Press.

Mulyasa, H. (2012). Manajemen PAUD. bandung: Remaja Rosda Karya.

Pamadhi, H. (2012). Pendidikan Seni. Yogyakarta: UNY Press.

Rasyid, H. (2009). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. yogyakarta: multi pressindo.

Rochiati. (2018). Metode Penelitian tindakan Kelas. (P. Latifah, Ed.) Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Rudiyanto, A. (2016). Perkembangan motorik kasar dan halus anak usia dini (1 ed.). (Navisah, Ed.) lampung: Darussalam press lampung.

Santrock, J. W. (2002). life-span Defelopment. Jakarta: Erlangga.

Siti Nurhayati, k. Z. (2021). Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Journal Pendidikan anak Usia Dini.

Soetjiningsih, C. H. (2014). Perkembangan anak sejak pembuahan sampai dengan Kanak- Kanak Terakhir. jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharto, A. d. (2013). 81.

Suwarsih. (2007). Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.

-Thabrany, T. i. (2015). Desain pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Kencana.

Uswatun. (2016). Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik. Journal Pendidikan Anak, 5.

Widia, P. (2012). Metode Pengembangan Seni. Yogyakarta: Universitas Terbuka UNY.

Wina, S. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Yuli, B. (2012). Paper Quilling (Vol. 2012). (F. CAsofa, Ed.) Solo: 2012.

 

 

 

 

Copyright holders:

Nanda Azizilana Hashaolhag & Nilam Kusumawati Putri  

 (2023)

 

First publication right:

GenerasiJurnal Pendidikan Anak Usia Dini

This article is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International