KATA KUNCI Keterampilan Motorik Halus, Paper Quilling,
Anak Usia Dini INFO ARTIKEL Received: 23 Mei 2023 Revised: 24 Mei 2023 Accepted: 24 Mei 2023 |
ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi
oleh observasi di RA Al-Hidayah
Playangan ditemukan bahwa kemampuan motorik halus di kelompok A masih rendah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan paper quilling pada usia
4-5 tahun di RA Al-Hidayah
Playangan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan model penelitian Kemmis and Mc. Taggar. Subjek yang diteliti adalah anak usia 4-5 tahun RA AL-Hidayah yang berjumlah 23 anak. Teknik analisis
data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Peningkatan keterampilan motorik halus dikatakan berhasil apabila persentase keterampilan motorik halus anak mencapai ≥ 80% dari jumlah anak
secara keseluruhan yaitu 23 anak, khususnya pada keterampilan menggulung dan mengelem dengan rapiTeknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi (checklist)
dan dokumentasi.Hasil penelitian
hal tersebut membuktikan bahwa melalui kegiatan paper quilling
dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Peningkatan
tersebut dilihat dari observasi yang telah dilakukan, pada kondisi awal rata-rata 50,71%, meningkat pada siklus I menjadi 77,18% dan pada siklus
II menjadi 93,04%. Berdasarkan
analisis data dan hasil penelitian yang dikemukakan, maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa kegiatan paper quilling dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun di RA AL-Hidayah Playangan, Gebang, Cirebon. Penelitian ini akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi kegiatan belajar mengajar disekolah khususnya di RA Al-Hidayah Playangan. |
PENDAHULUAN
Pentingnya
Pendidikan Anak Usia Dini sebagaimana dikemukakan dalam Undang –undang No.20
tahun 2013 tentang sistem Pendidikan Nasional,dijelaskan
bahwa pendidikan anak usia dini adalah upaya meningkatkan Perkembangan Anak
sejak lahir sampai usia 6 tahun melalui pendidikan formal ataupun non formal.oleh karena ini perlu adanya rangsangan untuk
membantu perkembangan baik jasmani ataupun rohani supaya anak memiliki bekal
dalam menghadapi pendidikan lebih lanjut
( SD ) (Deptiknas, 2003)
Tokoh pendidikan
anak usia diniMontessori dalam Theo Riyanto (2011 :
6) mengatakan bahwa seorang pendidik atau orang tua hendaknya mengingat bahwa
anak- anak memiliki individu-individu yang berbeda,unik
dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pendidikan dapat
dimulai sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan.
Seperti yang
tercantum dalam permendikbud 137 Tahun 2014 bahwa
pendidikan anak usia dini diselenggarakan bentuk pendidikan yang menitik
beratkan pada 6 aspek perkembangan yaitu : Agama dan moral,fisik
motoric,kognitif,bahasa,sosial emosional dan seni,
sesuai dengan tahapaan perkembangan maupun keunikan
yang dialami anak usia dini.Secara umum tujuan
pembelajaran pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi
sebagai persiapan hidup serta menyesuaikan diri dengan lingkungannya sejalan
dengan yang dikemukakan (Harun, 2019) Masa lima tahun pertama adalah masa
emas (Golden Age) merupakan periode yang berperan bagi perkembangan anak
usia dini dalam menentukan kualitas diri seorang manusia. Perkembangan
kemampuannya terutama untuk perkembangan motoriknya sangat pesat diusia 3-5 tahun ditandai usaha kemandirian,pembentukan
pengetahuan dan proses berfikir. Pengembangan motorik
diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak
tubuh. Dimana anak dengan mudah mengikuti,melihat
dan mendengar apa yang dicontohkan.
Bidang
Pengembangan fisik ada dua yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Salah satu pengembangan yang penting adalah Perkembangan motorik halus.
Kemampuan yang dimiliki setiap anak itu berbeda. Ada yang lambat dan ada pula
yang sesuai dengan perkembangan. Dikatakan lambat apabila di usia anak yang
seharusnya dapat mengembangkan keterampilan baru, tetapi anak tidak menunjukan kemampuan. Beberapa anak menunjukan
keterlambatan dalam kemampuan motorik halus karena keterlambatan tumbuh kembang
Dampak motorik
halus yang terlambat dapat mengakibatkan
perkembangan anak tersebut menjadi terhambat dan tidak sesuai dengan usia. Susanto (2011 : 164 ) Pengertian motorik
halus adalah gerakan halus yang dilakukan oleh otot-otot kecil serta melibatkan
bagian-bagian tertentu saja,karena tidak memerlukan
tenaga. Akan tetapi gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi yang cermat.
Selaras dengan
pendapat (Hasibuan,dkk.2015:235-236)
Mengatakan bahwa perkembangan motorik merupakan faktor yang sangat
penting bagi perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan. Motorik Halus
diperlukan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari,
seperti kemampuan menulis, menggunting, mencoret-coret, memindahkan benda dari
tangan, menyusun balok dan sebagainya. Kemampuan itu sangat penting agar anak
bisa berkembang dengan optimal.
Semakin baiknya
gerakan motorik halus dapat mendukung kreasi anak,seperti
dapat menggunting dengan hasil yang lurus, menggambar serta mewarnai dengan
teliti, serta menajamkan pensildengan rautan. Namun
tidak semua anak memiliki kematangan yang sama untuk menguasai kematangan ini.
Sesuai dengan
pentingnya perkembangan motorik halus yang harus dicapai oleh anak usia dini,oleh karena itu kegiatan kegiatan
yang dilakukan dalam lembaga formal maupun nonformal harus diarahkan untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus,dengan cara
pembelajaran dan latihan yang berulang kali agar keterampilan motorik halus
anak berkembang dengan baik. (Sumantri 2005 : 143) Anak Usia dini Pra sekolah
diharapkan sudah menguasai beberapa keterampilan motorik halus, misalnya
menggunakan gunting dengan baik,melipat kertas,memasukan kertas kedalam amplop,mengikat tali sepatu,membentuk
pola dengan tanah liat,membuka dan memasang kancing baju,melepas ikat pinggang,mewarnai
dll.
Salah satu seni
yang dapat melatih motorik halus yaitu Paper Qualling.
Menurut (Brinallloy,
2012)Paper quilling
atau seni menggulung kertas adalah salah satu teknik menyusun kertas menjadi
sebuah bentuk gambar. Sebuah bentuk gambar quilling
dapat berisi beberapa gulungan kertas. Setiap kertas gulungan memiliki lebar
yang berbeda-beda.kemudian digulungnya kertas dengan
jari atau alat quilling jika ada, hingga membentuk
sebuah gulungan dengan ujung kertas yang sudah direkatkandengan
lem terlebih dahulu agar gulungan tidak mudah lepas. Setelah itu baru disusun
menjadi sebuah pola atau bentuk yang sudah di inginkan.
Melalui kegiatan paper quilling yang cukup
menantang serta merupakan kegiatan yang variatif dan menyenangkan bagi anak dan
bahan yang mudah didapat,begitupun proses
pembuatannya yang sangat mudah dan sederhana dilakukan. Hasil juga dapat
ditempelkan diatas
kertas yang sudah berpola maupun bebas tanpa pola dengan menggunakan alat
ataupun tidak. Selain itu Paper quilling juga dapat
menstimulasi keterampilan dan kreatifitas motorik
halus anak, dengan cara anak berlatih menggunakan tangannya untuk menggulung
kertas dan mengelem dengan baik. Dalam Proses menggulung diperlukan konsentrasi
dan keterampilan tangan agar anak menghasilkan gulungan yang rapi. Setelah
selesai menggulung kertas selanjutnya anak menempelkan hasil gulungan pada pola
dan upayakan anak menggukan lem secukupnya, tidak
terlalu banyak pun tidak terlalu sedikit. Sehingga hasilnya rapih
dan tidak mudah lepas. Dengan kegiatan paper quilling diharapkan dapat peningkatan keterampilan motorik
halus anak.
Berdasarkan hasil observasi,keterampilan motorik halus anak kelompok B Di RA
Al-Hidayah belum berkembang secara optimal.Hal itu dibuktikan dalam melakukan kegiatan yang
terdapat motorik halus anak kelompok B RA Al-Hidayah menunjukan
hasil yang belum baik, seperti contoh, kegiatan melipat dan hasil lipatan anak
belum dapat menghasilkan bentuk yang rapih,begitupun
dalam kegiatan mewarnai banyak anak-anak yang masih keluar garis dan belum full mewarnai terkadang masih terlihat putihan
kertasnya sehingga hasilnya terlihat kurang rapih,
terjadi pula saat menempel lipatan maupun pada saat mengisi pola dengan kertas, lem yang digunakan masih terlalu
berlebihan sehingga hasilnya terlihat basah dan tidak rapih
,bahkan terkadang ada yang sampai kertasnya sobek.
Pengadaan kegiatan
yang dilakukan di kelas untuk mendukung keterampilan motorik halus belum cukup
memadai dan seharusnya lebih sering melakukan beberapa kegiatan yang melatih
motorik halus anak. Ketika ada banyak waktu, guru cenderung mengisinya dengan
kegiatan yang mendukung perkembangan kognitif seperti mengerjakan LKA ataupun
majalah anak. Selain itu ada faktor lainnya guru kelas yang bukan lulusan PIAUD
juga menjadi salah satu penyebab kurangnya variasi kegiatan pembelajaran
terutama dalam mengembangkan keterampilan motorik halus, sehingga motorik halus anak belum
berkembang secara optimal.
Menjumpai dari permasalan ini perlu adanya perbaikandalam
Peningkatkan motorik halus,dengan
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Salah satu kegiatan yang dapat,
meningkatkan motorik halus anak adalah paper quilling.Adapun Kegiatan paper quilling belum pernah dilakukan di RA Al-Hidayah dan guru
juga belum mengetahui tentang paper quilling dan bagaimana cara membuatannya.
Disebabkan guru lebih sering Menggunakan media kertas untuk melipat dan
menggunting saja dalam melatih motorik halus anak,dan
belum digunakan kegiatan lain yang pada dasarnya media kertas dapat digunakan
secara variasi untuk melatih motorik halus pada anak. Paper quilling
salah satunya.
Kemampuan dan
potensi yang dimiliki setiapanak itu berbeda-beda,
maka dari itu kita harus berusaha mengembangkannya secara optimal salah satunya
dengan mengembangkan keterampilan motorik halus. Terdapat beberapa masalah
terkait keterampilan motorik halus padaanak yaitu:
1.
Terdapat
anak yang masih kesulitan untuk menggerakkan jari-jari otot ditanganya
ketika kegiatan seni melipat kertas
2.
Kurangnya
variasi dalam kegiatan pembelajaran disekolah,sehingga
kesempatan bagi anak mengasah keterampilan motorik anak terbatas dan kurang
optimal.
3.
Media
kertas yang digunakan monoton sehinggga kurang
melatih motorik halus anak.
4.
Anak
tidak dapat berperan secara maksimal sebagai subjek dari pembelajaran dikelas
5.
Kurangnya
mengembangkan motorik halus anak, lebih banyak kegiatan yang mengembangkan
kemampuan kognitif.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan kelas ini menjadi top Hit di lingkungan para pendidik
dalam kurun waktu lebih dari satu dasawarsa. Jenis penelitian ini mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan jenis Penelitian deskriptif maupun ekperimen. Jika penelitian deskriptif beretuga
memaparkan apa yang terjadi dalam obyek yang diteliti, sedangkan penelitian ekperimen memaparkan sebab akibat yang terjadi sesudah
adanya perlakuan maka PTK dapat dikatakan merupakan gabungan dari keduanya.
Penelitian tindakan kelas adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses
maupun hasil, maka dilakukan PTK dikelasnya guna meningkatkan kualitas
pembelajarannya. (Arikunto, 2015)
Penelitian yang
dilakukan ini mengacu pada model penelitian Kemmis
dan Mc Taggart. Wijaya
Kusumah & Dedi Dwitagama (2011: 20-21) menyatakan
bahwa model penelitian Kemmis dan Mc.
Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat
atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu:
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi seperti Siklus Penelitian yang
dilakukan ini mengacu pada model penelitian Kemmis
dan Mc Taggart.
Penelian ini
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mototik
halus anak melalui kegiatan paper quilling
pada anak kelompok B2 RA Al- Hidayah Playangan
Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon, Maka Penelitian yang akan dilaksanakan
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian tindakan kelas ini merupakan
bentuk penelitian tindakan kelas kolaboratif.
Adapun menurut Suwarsih Madya (2007:69) mengatakan bahwa penelitian
tindakan kolaboratif adalah bahwa dari awal
orang yang akan melakukan tindakan harus juga terlibat dalam setiap
proses penelitian. Dengan demikian,peneliti tidak
hanya dapat menyadari perlunya program tindakan tertentu,tetapi
secara keseluruhan terlibat dalam program tindakan tersebut. Tanpa kolaboprasi ini,diagnosis dan
rekomendasi tindakan untuk mengubah situasi cenderung mendorong timbulnya ketidak amanan,dan rasionalisasi
daripada kecenderung
untuk mendorong adanya perubahan yang diharapkan.
Dalam penelitian
ini melibatkan guru kelas B Di RA Al- Hidayah Playangan
dalam perencanakan, melaksanakan tindakan,
mengobservasi, dan merefleksi tindakan yang peneliti berikan. Dengan demikian,sejak perencanaan penelitian, peneliti ikut serta
terlibat langsung dalam proses penelitian sejak sampai dengan hasil penelitian,
dan memantau,mencatat,mengumpulkan data ,
menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian dengan dibantu kolaborator
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Anak
Sebelum Tindakan
Sebelum peneliti
melakukan penelitian tindakan kelas,
kegiatan awal yang dilakukan adalah mencari tahu kondisi awal anak didik
sebelum melakukan tindakan. Peneliti melakukan observasi dan dokumentasi
terhadap obyek.Tidakan ini sangat perlu dilakukan
karena dengan mengetahu kondisi awal, peneliti dan dapat mengukur sejauh mana
tingkat keberhasilan PTK yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan hasil
pengamatan yang peneliti lakukan terkait dengan aspek perkembangan anak
khususnya disekolah, permasalahan yang muncul dan mendominasi di kelompok B2 RA
AL-Hidayah Playangan yaitu belum optimalnya
keterampilan motorik halus. Dilihat ketika melakukan kegiatan motorik halus,
anak menunjukan hasil yang belum baik. Misalnya dalam
kegiatan mewarnai banyak yang masi keluar baris, saat kegiatan melipat kertas anak belum
menunjukan bentuk yang sesuai. Dan dalam proses
menempel kertas dalam pola bentuk yang sama,lem yang
digunakan masih terlalu banyak sehingga mengakitbatkan
hasil kertasnya robek, anak-anak masih sangat memerlukan adanya bimbingan untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus.
Data Awal Kemampuan Anak
Penelitian ini dimulai
sejak oktober 2021 metode yang digunakan adalah metode observasi
untuk mengetahui kondisi awal kemampuan
anak. Dengan cara komunikasi antara peneliti dengan guru kelompok B2 RA AL-Hidayah Playangan (yang selanjutnya berperan sebagai kolaborator) tentang kendala ataupun permasalahan yang muncul dan perlu adanya peningkatan yang lebih baik sesuai
kondisi normatifnya. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah mengobservasi proses pemebelajaran khususnya terhadap pembelajaran motorik halus anak
kelompok B2 RA AL-Hidayah.
Adapun mengamatan yang didapat
yaitu dalam kegiatan mewarnai masih banyak yang keluar baris sehingga hasilnya kurang optimal. Dalam kegiatan menempel anak-anak masih terlalu banyak
menggunakan lem sehingga hasil karyanya basah dan tidak rapih
Hasil pengamatan Kondisi awal keterampilan motorik halus dapat
dilihat dari table berikut :
Tabel 1.1 kondisi awal kerapihan menggulung
No |
Kriteria |
Skor |
Jumlah Anak |
Jumlah Nilai |
Persentase |
1 |
Rapi |
3 |
5 |
15 |
21,73% |
2 |
Kurang rapi |
2 |
5 |
10 |
14,49% |
3 |
Belum rapih |
1 |
13 |
13 |
18,84% |
|
Jumlah |
|
|
38 |
55,06% |
Tabel 1.2 kondisi awal kerapihan mengelem
No |
Kriteria |
Skor |
Jumlah anak |
Jumlah Nilai |
Persentase |
1 |
Rapi |
3 |
3 |
9 |
13,04% |
2 |
Kurang rapih |
2 |
3 |
6 |
8,69% |
3 |
Belum rapih |
1 |
17 |
17 |
24,63% |
|
Jumlah |
|
|
32 |
46,36% |
Tabel 1.3 Kondisi awal keterampilan motoric halus
No |
Indikator |
Persentase |
1 |
Kerapihan menggulung |
55,06% |
2 |
Kerapihan mengelem |
46,36% |
|
Rata-rata |
50,71% |
Keterampilan motorik halus
anak yang dimiliki oleh kelompok B2 RA Al Hidayah Playangan dilihat dari tabel diatas
bahwa indicator kerapihan menggulung 55,6% dengan rincian rapih berjumlah
5 anak (21,73%) Kurang rapih
berjumlah 5 anak (14,49%),
dan belum rapih berjumlah 13 anak (18,84%). Sedangkan kerapihan mengelem memiliki presentase sebanyak 46,36% dengan rincian anak dapat mengelem
dengan rapih berjumlah 3 anak (13,04%), kurang rapih berjumlah
3 anak (8,69%) dan yang dan yang belum
rapih berjumlah 17 anak (24,63%).
Berdasarkan hasil observasi
diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator kerapihan menggulung berjumlah 55,06% termasuk dalam kriteria cukup(41%-60%) dan
indicator kerapihan mengelem
berjumlah 46,36% termasuk
pada kriteria cukup presentase sebanyak 46,36% dengan rincian anak yang dapat mengelem dengan rapi berjumlah 3 anak (13,04%), kurang rapi berjumlah 3 anak (8,69%) dan yang belum rapi berjumlah 17 anak (24,63%).Jumlah rata-rata keterampilan motorik halus dari kerapihan
menggulung dan mengelem berjumlah 50,71% memiliki kategori cukup (41%-60%). Kondisi tersebut menjadikan landasan peneliti untuk meningkatkan keterampilan motoric
halus kelompok B2 melalui kegiatan paper quilling.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus 1
a.
Perencanaan Siklus 1
Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan merencanakan pelaksanaan pembelajaran. Dalam perencanaan ini untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus, peneliti bekerjasama dengan guru kelas (kolaborator). Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan
beberapa persiapan yaitu:
1.
Melakukan kooedinasi dengan kolaborator mengenai waktu penelitian dan media yang diperlukan
2.
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), sebagai pedoman peneliti dan kolaborator dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dengan media paper
quilling.
3.
Mempersiapkan perlangkapan
untuk pelaksanaan kegiatan paper
quilling diantaranya pola,
kertas origami warna bolak balik yang sudah dipotong-potong dengan ukuran tertentu
dan sama,lem, dan spidol
4.
Menyusun lembar penilaian atau lembar observasi(cheklis) kegiatan paper quiling
yang berisi tentang aspek penilaian yaitu kerapihan menggulung dan mengelem.
5.
Mempersiapkan peralatan
yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan (Hansphone)
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 dan Observasi
1.
Siklus 1 pertemuan 1
Siklus 1 pertemuan 1 dilakukan pada hari Senin tanggal 25 April dengan Tema Negaraku
sub Tema Bendera Negaraku Sebelum menggunakan media paper
quilling, peneliti menyiapkan
kertas lembaran, lem kertas, dan. Kemudian membagian perlengkapan yang diperlukan untuk membuat paper quilling pada anak-anak.
Peneliti memberitahu anak-anak untuk mengembalikan kembali peralatan yang dipakai ketika sudah selesai
melakukan kegiatan.
a)
Kegiatan Awal
Kegiatan awal
dimulai dengan penyambutan peserta didik yang baru saja datang kemudian
setelah itu berbaris di halaman sekolah mengucapkan ikrar. Guru mengucapkan salam dan kemudian membaca doa sebelum
belajar bersama-sama. Menghafal surat pendek, bernyanyi. Kemudian guru membukan kegiatan dengan bertanya jawab tentang Bendera Negaraku
b)
Kegiatan inti
Dalam proses menggulung sebagian anak melakukan
dengan ceria, anak mengulung sambil bernyanyi dan terkadang sambil bergurau dengan teman disampingnya.
Sesekali guru mengingatkan untuk tidak sering
bergurau dan hendaknya segera menyelesaikan kegiatan. Pada saat menempelkan hasil gulungan kertas ada pula beberapa anak meniru kegiatan
temannya dari warna, cara menggulung
kertas, dan mengelem hasil gulungan.
Ada juga anak
yang menyusun dengan hasil gulungan kertas yang rapih sama persis dengan
gurunya baik warna maupun bentuk
gulungannya. Terdapat perbedaan dalam proses mengelem. Beberapa anak mengelem kertas
dengan cara mencelupkan ujung kertas yang akan ditempel langsung kedalam tempat lem. Ada juga yang mengelem dengan mengambil lem langsung dengan
jari tangannya kemudian mengoleskan pada kertas yang akan ditempel. Ada anak yang terlalu banyak dalam menggunakan lem sehingga hasilnya
terlihat basah dan tidak rapih, ada
juga yang terlalu sedikit dalam menggunakan lem sehingga menyebabkan
hasil gulungan yang tidak merekat kuat
pada pola dan mudah lepas, ada juga yang memberikan lem secukupnya sehingga hasil paper quilling
terlihat rapih.
Ketika selesai mengerjakan kegiatan paper quilling, anak-anak
mengembalikan peralatan
yang telah dipakai ke tempat semula
dan mengumpulkan hasil paper quilling pada tempat
yang telah disediakan oleh pendidik, anak-anak membersihkan juga serpihan-serpihan
kertas yang sudah tidak terpakai bersama-sama kemudian berkumpul duduk dikarpet mendengarkan guru melakukan kegiatan evaluasi
c)
Kegiatan Akhir
Guru menanyakan perasaan anak pada saat melakukan proses pembuatan kegiatan paper quilling. Guru memberikan
apresiasi dengan mengucapkan terimakasih dan memberikan semangat pada anak-anak yang belum dapat melakukan kegiatan dengan baik agar lebih tekun lagi dalam
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Selanjutnya berdoa bersama-sama dan peneliti mengucapkan terimakasih pada anak-anak karena sudah mengikuti kegiatan paper
quilling. Kemudian mengucapkan
salam dan dijawab oleh anak-anak.
2.
Siklus 1 Pertemuan II
Siklus 1 pertemuan II dilaksnakan
pada tanggal 27 April jam 08:30 diruang A dengan jumlah anak 23, Tema Negaraku
dan Sub Tema lambang Negaraku sebelum kegiatan dimulai peneliti melakukan
kegiatan antara lain : Merancanakan pelaksanaan
pembelajaran.
Tahap pelaksanaan yang dilakukan peneliti yaitu
:
a)
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) yang memuat kegiatan peningkatan kemampuan motorik halus (RPPH)
terdapat pada lampiran)
b)
Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan
dipergunakan dalam kegiatan paper quilling diantaranya kertas
yang sudah dipotong dengan ukuran yang relatif sama, pola bergambar, pensil,
lem, tempat untuk potongan kertas, dan tempat untuk mengumpulkan hasil paper quilling
c)
Guru mempersiapkan lembar penilaian tentang
menggulung dan menempel
1)
Kegiatan awal
Kegiatan
awal dimulai dengan berdo’a bersama sebelum memulai
kegiatan, setelah itu guru mengajak anak untuk melaksanaakn
kegiatan rutin yang bersifat keagamaan (menghafal do’a
sehari-hari). Kegiatan dilanjutkan dengan persensi
kemudian pembelajaran awal sesuai RPPH yang telah disiapkan. Selanjutnya anak
diberi penjelasan tentang kegiatan paper quilling yang akan dilakukan. Pertemuan kedua ini guru
hanya memberi contoh hasil paper quilling
dan tidak menjelaskan serta memberi contoh cara menggulung kertas.
Kemudian
guru membagikan peralatan yang dibutuhkan pada setiap anak dalam kegiatan paper quilling.
Sesekali guru mengingatkan pada anak untuk menyelesaikan tugasnya hingga
selesai dan menjaga ketertiban bersama.
2)
Kegiatan Inti
Guru
menempelkan hasil karya paper quilling
dipapan tulis. Selanjutnya meminta anak-anak untuk menulis nama pada ujung
kertas miliknya. Kegiatan paper quilling
dimulai dengan membaca basmalah
bersama-sama kemudian anak-anak mulai mengerjakan tugas.
Ada juga anak yang menyusun dengan hasil gulungan kertas yang rapih sama persis dengan
gurunya baik warna maupun bentuk
gulungannya. Terdapat perbedaan dalam proses mengelem. Beberapa anak mengelem kertas
dengan cara mencelupkan ujung kertas yang akan ditempel langsung kedalam tempat lem. Ada juga yang mengelem dengan mengambil lem langsung dengan
jari tangannya kemudian mengoleskan pada kertas yang akan ditempel. Ada anak yang terlalu banyak dalam menggunakan lem sehingga hasilnya
terlihat basah dan tidak rapih, ada
juga yang terlalu sedikit dalam menggunakan lem sehingga menyebabkan
hasil gulungan yang tidak merekat kuat
pada pola dan mudah lepas, ada juga yang memberikan lem secukupnya sehingga hasil paper quilling
terlihat rapih.
Ketika selesai mengerjakan kegiatan paper quilling, anak-anak
mengembalikan peralatan
yang telah dipakai ke tempat semula
dan mengumpulkan hasil paper quilling pada tempat
yang telah disediakan oleh pendidik, anak-anak membersihkan juga serpihan-serpihan
kertas yang sudah tidak terpakai bersama-sama kemudian berkumpul duduk dikarpet mendengarkan guru melakukan kegiatan evaluasi
3)
Kegiatan Akhir
Kegiatan
akhir ini diisi dengan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan serta
penguatan materi dan menanyakan perasaan anak pada saat kegiatan paper quilling. Tak
lupa juga guru mengucapkan terimakasih dan memberikan
semangat pada anak-anak baik yang mengerjakan dengan rapih
ataupun pada anak yang belum mengisi pola dengan penuh agar lebih tekun lagi
sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan baik, kemudian peneliti mengajak
anak-anak untuk berdo’a. dan berterimakasih
pada anak-anak karena telah mengikuti kegiatan dengan baik. Setelah itu
peneliti mendokumentasikan hasil paper quilling, menurut hasil pengamatan kegiatan paper quilling dapat dilihat pada
tabel berikut
:
Tabel 1.4 Rekapitulasi Kerapihan Menggulung
No |
Kriteria |
Skor |
Jumlah Anak |
Jumlah Nilai |
Persentase |
1 |
Rapi |
3 |
8 |
24 |
36,36% |
2 |
Kurang rapi |
2 |
13 |
26 |
39,39% |
3 |
Belum rapih |
1 |
1 |
1 |
1,51% |
|
Jumlah |
|
|
51 |
77,26% |
Tabel 1.5 Rekapitulasi Kerapihan Mengelem
No |
Kriteria |
Skor |
Jumlah Anak |
Jumlah Nilai |
Persentase |
1 |
Rapi |
3 |
8 |
24 |
36,36% |
2 |
Kurang rapih |
2 |
6 |
12 |
18,18% |
3 |
Belum rapih |
1 |
8 |
8 |
12,12% |
|
Jumlah |
|
|
44 |
66,66% |
Tabel 1.6 Rekapitulasi Kemampuan Motorik Halus Siklus I Pertemuan II
No |
Indikator |
Persentase |
1 |
Kerapihan menggulung |
77,26% |
2 |
Kerapihan mengelem |
66,66% |
|
Rata-rata |
71,96% |
Berdasarkan table 1.4, dapat diketahui anak yang dapat menggulung
dengan rapih berjumlah 8 (36,36%), anak yang kurang rapih berjumlah 13 anak (39,39%) dan yang belum rapih berjumlah 1 anak (1,51%). Sedangkan berdasarkan table 1.5. Anak yang dapat mengelem dengan rapih bejumlah 8 anak (36,36%)
kurang rapih berjumlah 6 anak (18,18%), dan yang
belum rapih berjumlah 8 anak (12,12%) sehingga dapat
disimpulkan bahwa keseluruhan kerapihan menggulung
berjumlah 77,26% memiliki kriteria baik (61%-80%) dan kerapihan
mengelem berjumlah (66,66%) dengan kriteria baik (61%-80%). Rata-rata keterampilan
motorik halus anak usia 4-5 tahun secara keseluruhan pada siklus 1 pertemuan II
berjumlahn 71,96% memiliki kriteria baik (61%-80%). Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1
pertemuan II dilihat. Bahwa adanya peningkatan motorik halus sejumlah 9,09% dari
siklus 1 pertemuan 1 62,87% menjadi 71,96% pada siklus 1 pertemuan II.
3.
Siklus I Pertemuan III
Siklus I
pertemuan III dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2 Mei dengan tema Alam Semesta sebelum kegiatan dimulai peneliti melakukan
kegiatan antara lain : Merancanakan pelaksanaan
pembelajaran. Tahap pelaksanaan yang dilakukan peneliti yaitu :
a.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPPH) yang memuat kegiatan peningkatan kemampuan motorik halus (RPPH) terdapat
pada lampiran)
b.
Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan
dipergunakan dalam kegiatan paper quilling
diantaranya kertas yang sudah dipotong dengan ukuran
yang relatif sama, Kertas HVS, pensil, lem, tempat untuk potongan kertas, dan tempat
untuk mengumpulkan hasil paper quilling
c.
Guru mempersiapkan lembar penilaian tentang
menggulung dan mengelem
1)
Kegiatan Awal
Kegiatan
awal dimulai dengan berdo’a bersama sebelum memulai
kegiatan, setelah itu guru mengajak anak melakukan kegiatan rutin yang bersifat
keagamaan (menghafal Asmaul Husna), setelah itu guru mengajak anak bertepuk
untuk memusatkan perhatian anak. Dilanjutkan persensi
Guru
memberikan penjelasan bahwa hari ini anak-anak akan membuat pola dengan cara
menggambar sendiri kemudian baru diisi menggunakan gulungan kertas. Guru
membagikan peralatan ayang dibutuhkan dalam kegiatan paper quilling pada
masing-masing anak serta mengingatkan agar selalu menjaga kebersihan dengan
cara membersihkan kembali tempat yang telah digunakan. Anak-anak mengerjakan
dengan tekun dan focus karena tidak hanya menggulung
kertas dan mengelem saja tetapi di mulai dari menggambar terlebih dahulu. Guru
juga memberikan kebebasan pada anak untuk berimajinasi mengenai gambar apa saja
yang akan dibuat sesuai tema yaitu alam semesta. Guru membagikan kertas
lembaran beserta pensil. Lalu guru meminta anak menulis nama disudut kertas.
Kegiatan dimulai dengan membaca Basmalah
bersama-sama.
2)
Kegiatan Inti
Terlihat
anak-anak mulai menggambar pola. Pola yang dihasilkan bermacam-macam. Beberapa
anak ada yang kesulitan untuk mencari ide gampar apa yang akan dibuat. Guru
menyebutkan beberapa contoh terkait dengan tema alam semesta berupa
bulan, bintang, awan, matahari yang dapat digambar kemudian anak memilih salah
satu gambar untuk dibuat pola, ada juga anak yang langsung menemukan ide untuk
menggambar pola kemudian temannya meniru. Anak–anak terlihat senang dalam
proses menggulung, sambil bernyanyi dan berbicara pada temannya. Sesekali guru
mengingatkan anak untuk tidak bergurau dan segera menyelesaikan kegiatan.
Pada
saat menempelkan hasil gulungan kertas ada beberapa anak meniru dalam pemilihan
warna pekerjaan temannya. Terdapat beberapa perbedaan yang dilakukan oleh anak
dalam proses mengelem. Beberapa anak mengelem dengan acara mencelupkan ujung
kertas langsung ke dalam lem, ada juga yang mengambil lem dengan jarinya
kemudian ditempelkan pada bagian yang akan di lem, ada anak yang terlalu banyak
dalam menggunakan lem, terlalu sedikit dan secukupnya. Terkadang anak-anak
sudah menempelkan pada pola akan tetapi dilepas kembali,sehingga
kertas yang sudah digambar terlihat rusak.
Selesai
melakukan kegiatan paper quilling,
anak-anak dengan tertib mengembalikan serta membersihkan apa saja yang telah
dipakainya ke tempat yang telah disediakan dan mengumpulkan hasil paper quilling
kemudian berdoa sebelum makan lalu beristrirahat.
3)
Kegiatan Akhir (Penutup)
Guru
menanyakan perasaan anak saat melakukan kegiatan paper quilling, dan berdiskuis
untuk mengetahui kesulitan yang dialami anak. Guru mengucapkan terimakasih dan memberi masukan pada anak yang belum dapat menyesaikan pola dengan penuh agar lebih semangat sehingga
tugasnya selesai dengan baik.
Guru
memberi apresiasi pada anak yang mengerjakan dengan rapih,tidak
ramai, tidak mengobrol dengan temannya, ataupun berkeliling didalam
kelas dengan menyebutkan nama anak yang disertai dengan pujian dan tepuk
tangan. Guru juga memberi semangat pada anak-anak yang belum dapat
menyelesaikan pola isian dengan gulungan yang masih sedikit,dan
meminta anak untuk memperbaiki pada pertemuan selanjutnya.
Selesai
kegiatan anak-anak berdoa setelah mengerjakan tugas dengan membaca doa
berama-sama. Peneliti mengucapkan terimakasih pada
anak-anak karena telah mengikuti kegiatan paper quilling. Setelah itu peneliti
mendokumentasikan hasil paper quilling.
Hasil kegiatan paper quilling
disajikan pada tabel berikut
1.7.Rekapitulasi Keterampilan Menggulung
No |
Kriteria |
Skor |
Jumlah Anak |
Jumlah Nilai |
Persentase |
1 |
Rapi |
3 |
10 |
30 |
52,63% |
2 |
Kurang rapi |
2 |
8 |
16 |
28,07% |
3 |
Belum rapih |
1 |
1 |
1 |
1,75% |
|
Jumlah |
|
|
47 |
82,45% |
1.8 Rekapitulasi Keterampilan Menempel
No |
Kriteria |
Skor |
Jumlah Anak |
Jumlah Nilai |
Persentase |
1 |
Rapi |
3 |
8 |
24 |
42,10% |
2 |
Kurang rapih |
2 |
6 |
12 |
21,05% |
3 |
Belum rapih |
1 |
5 |
5 |
8,77% |
|
Jumlah |
|
|
41 |
71,92% |
1.9 Rekapitulasi Kemampuan Motorik Halus Siklus l Pertemuan lll
No |
Indikator |
Persentase |
1 |
Kerapihan Menggulung |
82,45% |
2 |
Kerapihan Menempel |
71,92% |
|
Rata-rata |
77,18% |
Berdasarkan table 1.7 diatas, dapat
disimpulkan bahwa anak yang dapat menggulung dengan rapi berjumlah 10 anak
(52,63%) yang kurang rapi berjumlah 8 anak (28,07%) yang belum rapi berjumlah 1
anak (1,75%). Sedangkan berdasarkan table 1.8 anak yang dapat mengelem dengan rapi berjumlah
8 anak (42,10%), kurang rapi berjumlah 6 anak (21,05%) dan yang belum rapi
berjumlah 5 anak (8,77%) sehingga dapat diambil kesimpulan keseluruhan kerapihan menggulung berjumlah 82,45% memiliki kriteria
sangat baik (81%-100%) dan kerapihan mengelem
berjumlah 71,92% dengan kriteria baik (61%-80%). Rata-rata keterampilan anak
usia 4-5 tahun secara keseluruhan pada siklus 1 pertemuan III berjumlah 77,18%
memiliki kriteria baik (61%-80%). Beberapa anak menunjukan
adanya peningkatan dalam menggulung dan mengelem hasil gulungan kertas.
Tabel 1.10
Perbandingan Keterampilan Motorik Halus Siklus I Pertemuan II dengan Pertemuan
III
No |
Indikator |
Pertemuan 1 |
Pertemuan II |
1 |
Kerapihan menggulung |
77,26% |
82,26% |
2 |
Kerapihan mengelem |
66,66% |
71,92% |
|
Rata-rata |
71,96% |
77,18% |
Berdasarkan tabel 1.10 dapat
diketahui bahwa terdapat perubahan peningkatan keterampilan motorik halus
secara keseluruhan sejumlah 5,22% dan siklus I Pertemuan II 71,96% menjadi
77,18% setelah dilakukan tindakan pada siklus I pertemuan III. Untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas mengenai peningkatan keterampilan motorik halus,
berikut histogram peningkatan keterampilan motorik halus dari kondisi awal
sampai dengan siklus I :
Gambar Histogram Peningkatan Keterampilan
Motorik Halus dari kondisi awal sampai dengan siklus 1
Berdasarkan hasil refleksi yang peneliti
lakukan dengan guru maka dapat diambil hipotesis tindakan siklus II yaitu
keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun di RA Al-Hidayah Playangan, Gebang, Cirebon dapat meningkat apabila guru pempraktikan dan anak mengikuti dalam proses menggulung dan
mengelem. Serta diberikan reward pada anak
yang sudah rapih maupun yang belum rapih saat kegiatan paper quilling.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
a. Perencanaan Siklus II
Tahap
perencanaan tindakan siklus II, siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 9 Mei
persiapan yang dilakukan peneliti meliputi: .
1.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) dengan Tema Alam Semesta
2.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
pada saat kegiatan paper quilling
yaitu pola, kertas origami warna bolak-balik yang sudah digunting dengan ukuran
yang relatif sama, lem, pensil.
3.
Menyusun lembar observasi (check
list) menyangkut aspek kerapihan
menggulung dan mengelem pada kegiatan paper quilling
4.
Kamera untuk dokumentasi
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II dan Observasi
Siklus
II ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu :
1.
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan I
Pertemuan
pertama siklus II dilaksanakan pada hari selasa, 16
Mei Pada pertemuan pertama tema yang disampaikan adalah Alam Semesta Subtema Pelangi.
a)
Kegiatan Awal
Pembiasaan
anak-anak berbaris dihalaman kemudian menghafal do’a masuk rumah. Dan bagi kelompok yang melafalkan paling
semangat boleh masuk duluan. Kegiatan dimulai dengan berdo’a sebelum belajar, sebelum masuk ke kegiatan inti
guru mengajak anak untuk tepuk semangat lalu mengabsen satu persatu. Kemudian
sebelum masuk kegiatan inti guru membuat kesepakatan bersama selama mengikuti
kegiatan tidak boleh mengganggu teman, menjaga kebersihan, melaksanakan tugas
yang diberikan guru dengan baik, tidak boleh keliling-keliling kelas. Kemudian
guru menjelaskan tema hari ini dan diselingi tanya jawab untuk mengetahui
sejauh mana anak pengetahuan anak terahadap tema yang
akan disampaikan. Selanjutkan menjelaskan bahwa
kegiatan hari ini adalah paper quilling
dengan pola gambar pelangi. Anak-anak dibebaskan untuk berkreasi sesuai
imajinasinya. Guru memberi peringatan kembali agar anak mengerjakan dengan
sungguh-sungguh.
b)
Kegiatan Inti
Guru
bersama peneliti mempersiapkan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan paper quilling,
setelah itu guru meminta anak untuk menyiapkan alat tulis untuk menggambar
pola, kemudian guru membagikan lembar kerja, membagikan pada tiap kelompok
piring yang berisi kertas kertas origami yang sudah
dipotong-potong dengan panjang yang sama dan menyiapkan tempat untuk hasil
karya anak yang sudah selesai. Anak diperbolehkan untuk menggulung kertas
sesuai dengan keinginannya tetapi harus sesuai dengan tema yaitu alam semesta.
Guru memberikan contoh pada anak-anak bagaimana menggulung kertas agar
gulungannya rapih yaitu dengan memberikan lem
secukupnya dan merata pada bagian ujung kertas yang akan ditempel.
Pada
Proses kegiatan paper quilling guru
mendekati setiap kelompok untuk mengetahui kesulitan yang dialami anak dalam
proses menggulung maupun mengelem serta memberikat
penguatan kepada anak yang terlihat kesulitan dan kurang bersemangat dalam
mengikuti kegiatan. Anak-anak mengerjakan tugas sambil bernyanyi dan terlihat
senang dalam menggulung dan bersemangat melakukannya, tidak beda jauh dari
pertemuan-pertemuan sebelumnya, terdapat berbagai variasi dalam menggulung
kertas, anak menggulung kertas terlebih dahulu kemudian dikumpulkan hingga
banyak baru ditempel pada pola gambar. Ada pula yang menggulung kertas hanya
sebagiannya saja yang digulung.
Beberapa
anak meniru temannya dalam pembuatan bentuk ataupun penyusunan hasil gulungan
pada lembar kegiatan sehingga hasilnya ada yang sama dengan anak lain. Guru
sesekali mengingatkan pada anak untuk tetap tenang dan menjaga ketertiban saat
mengerjakan tugas agar mendapat hasil yang maksimal. Selesai kegiatan guru
bersama peneliti dan anak-anak membersihkan kertas-kertas yang sudah tidak
digunakan berserakan bekas paper quilling membuangnya ke tempat sampah. Anak-anak
mengumpulkan hasil paper quilling pada
tempat yang telah disediakan.
c)
Kegiatan Akhir
Guru
bertanya kepada anak tentang perasaannya saat melakukan kegiatan paper quilling. Kemudian
bertanya tentang kesulitan apa yang dialami anak dalam proses belajar dan untuk
mengetahui anak-anak sudah berusaha mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya
atau belum. Guru memberi penguatan pada anak yang belum rapih
untuk lebih tekun lagi dan yang sudah rapih untuk
giat lagi dalam belajar
Pada
kegiatan penutup, guru menunjukan hasil karya paper quilling yang
bagus sebagai memotivasian pada anak lain. Guru
memberikan reward untuk anak-anak yang mengerjakan dnegan sungguh-sungguh cengan
memberikan hadiah. Kemudian anak-anak mengucapkan terimakasih
dilanjut dengan berdo’a sesudah belajar bersama-sama
dan ditutup salam oleh guru. Tak lupa anak-anak bersalaman pada guru dan
peneliti, guru mengingatkan anak agar hati-hati saat pulang.
Adapun
hasil observasi yang dilakukan pada siklus II pertemuan I tentang keterampilam motorik halus yang meliputi kerapihan menggulung dan mengelem dapat dilihat pada table berikut.
1.11.
Rekapitulasi Keterampilan Menggulung
No |
Kriteria |
Skor |
Jumlah Anak |
Jumlah Nilai |
Persentase |
1 |
Rapi |
3 |
16 |
48 |
72,72% |
2 |
Kurang rapi |
2 |
5 |
10 |
15,15% |
3 |
Belum rapih |
1 |
1 |
1 |
1,51% |
|
Jumlah |
|
|
51 |
89,39% |
4.12. Rekapitulasi Keterampilan Menempel
No |
Kriteria |
Skor |
Jumlah Anak |
Jumlah Nilai |
Persentase |
1 |
Rapi |
3 |
15 |
45 |
68,18% |
2 |
Kurang rapih |
2 |
3 |
6 |
9,09% |
3 |
Belum rapih |
1 |
4 |
4 |
6,06% |
|
Jumlah |
|
|
55 |
83,33% |
1.13 Rekapitulasi Kemampuan Motorik Halus Siklus II Pertemuan II
No |
Indikator |
Persentase |
1 |
Kerapihan menggulung |
89,39% |
2 |
Kerapihan mengelem |
83,33% |
|
Rata-rata |
86,36% |
Berdasarkan
tabel 1.11 dapat dilihat bahwa anak yang memiliki
kriteria rapi dalam menggulung berjumlah 16 anak (72,72%), yang kurang rapi
berjumlah 5 anak (15,15%), dan yang belum rapi berjumlah 1 anak (1,51%).
Sedangkan berdasarkan tabel 12, pada
indikator kerapian mengelem, anak yang dapat mengelem dengan rapi berjumlah 15
anak (68,18%%) kurang rapi berjumlah 3 anak (9,09%) dan yang belum rapi
berjumlah 4 anak (6,06%) sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik
halus dari indikator kerapian menggulung secara keseluruhan berjumlah 89,39%
memiliki kriteria sangat baik (81%- 100%), kemudian pada indikator kerapian
mengelem berjumlah 83,33% juga termasuk dalam kriteria sangat baik. Dari kedua
indikator tersebut rata-rata secara keseluruhan keterampilan motorik halus pada
siklus II pertemuan I berjumlah 86,36% memiliki kriteria sangat baik.
Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus
melalui kegiatan paper quilling di
RA Al-Hidayah Playangan usia 4-5 tahun. Ditemukan
nilai-nilai edukasi dalam kegiatan seni menggulung kertas untuk anak-anak yang
kemudian dikenal sebagai konsep education through art yang dikemukakan
oleh Herbert read yang berangkat dari pemikiran
Plato. Selanjutnya Lowenfeld dan Brittain
(Widia Pekerti, 2012: 1.24) menjelaskan kegiatan seni berperan dalam
mengembangkan berbagai kemampuan dasar di dalam diri anak salah satunya adalah
kemampuan fisik termasuk kemampuan motorik halus.
Sudarso dan Evan (Wasono,2007:85) mengatakan bahwa
dalam pendidikan dalam pendidikan seni dapat ditunjukan
adanya substansi keterampialan yang menitik beratkan
pada kemampuan teknis, ketepatan reproduksi, keterampilan, dan kecekatan
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa paper quilling terbukti dapat meningkatkan keterampilan
motorik halus salah satunya dalam kerapihan.
KESIMPULAN
Berdasarkan
analisis data dan hsil penelitian yang dikemukakan,
maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan paper quilling dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak
usia 4-5 tahun RA AL-Hidayah Playangan, Gebang,
Cirebon. Hal itu dapat dilihat dari kondisi awal kerapihan
menggulung adalah 55,06% termasuk dalam kriteria cukup pada siklus satu
terdapat peningkatan menjadi 82,45% termasuk kriteria sangat baik dan dilakukan
siklus II meningkat lagi menjadi 94,49% yang termasuk pula kriteria sangat
baik. Sedangkan indikator kerapihan mengelem pada
kondisi awal adalah 46,36% masuk dalam kriteria cukup pada siklus I terdapat
peningkatan menjadi 71,92% yang termasuk dalam kriteria baik dan dilakukan
siklus II meningkat lagi menjadi 93,04% yang termasuk dalam kriteria sangat
baik.
Motorik
halus anak meningkat ketika melakukan kegiatan paper quilling pada saat anak dibebaskan berimajinasi dengan
gambar tanpa pola. Dengan cara guru memberikan contoh terlebih dahulu
menggulung dan mengelem serta meminta anak untuk praktek
bersamaan dengan guru. Anak dapat menggulung kertas dengan rapih
dan dapat menggunakan lem secukupnya sehingga hasil paper
quilling terlihat rapih dan
tidak basah. Usaha lainnya yaitu guru memberikan penguatan dan reward pada anak saat proses kegiatan paper
quilling
REFERENSI
Arikunto, S. (2015). Penelitian
Tindakan Kelas (Vol. 2015). (Suryani, Ed.) Jakarta: PT Bumi Aksara.
Brinalloy, Y. (2012). Paper
Quilling (Vol. 2012). (F. Casofa, Ed.) Solo: 2012.
Deptiknas. (2003). Undang-undang
RI No.20 (Tentang Sistem Pendidikan Nasional ed.). Jakarta: Dekdikbud.
Harun. (2009). Asesmen
Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Hurlock, E. (2010). Perkembangan
Anak (Edisi Keenam ed.). Jakarta: Erlangga.
Husnuzziadatul.
(2018). Karakteristik Perkembangan Anak. Jurnal Warna, 2, 2.
Kusuma, D. D. (2011). Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks.
Maimunah. (2012). Pendidikan
Anak Usia Dini (VIII ed.). (M. C. Dewi, Ed.) Banguntapan Jogjakarta: Diva
Press.
Maumunah. (2012). Pendidikan
Anak Usia Dini. (M. C. Dewi, Ed.) Banguntapan yogyakarta: Diva Press.
Mulyasa, H. (2012). Manajemen
PAUD. bandung: Remaja Rosda Karya.
Pamadhi, H. (2012). Pendidikan
Seni. Yogyakarta: UNY Press.
Rasyid, H. (2009). Asesmen
Perkembangan Anak Usia Dini. yogyakarta: multi pressindo.
Rochiati. (2018). Metode
Penelitian tindakan Kelas. (P. Latifah, Ed.) Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Rudiyanto, A. (2016). Perkembangan
motorik kasar dan halus anak usia dini (1 ed.). (Navisah, Ed.) lampung:
Darussalam press lampung.
Santrock, J. W.
(2002). life-span Defelopment. Jakarta: Erlangga.
Siti Nurhayati, k. Z.
(2021). Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Journal Pendidikan anak Usia
Dini.
Soetjiningsih, C. H.
(2014). Perkembangan anak sejak pembuahan sampai dengan Kanak- Kanak
Terakhir. jakarta: Kencana.
Sugiyono. (2009). Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharto, A. d. (2013).
81.
Suwarsih. (2007). Penelitian
Tindakan. Bandung: Alfabeta.
-Thabrany, T. i.
(2015). Desain pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Kencana.
Uswatun. (2016).
Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik. Journal Pendidikan Anak, 5.
Widia, P. (2012). Metode
Pengembangan Seni. Yogyakarta: Universitas Terbuka UNY.
Wina, S. (2011). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.
Yuli, B. (2012). Paper
Quilling (Vol. 2012). (F. CAsofa, Ed.) Solo: 2012.
Copyright holders:
Nanda Azizilana Hashaolhag & Nilam Kusumawati Putri
(2023)
First publication right:
Generasi– Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
This
article is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International